Ritual Rebo Wekasan Di Bulan Safar Menurut Islam

Kopisruput.net – ﷽

Sobat, Rebo Wekasan atau Rabu Pungkasan… di sebagian masyarakat kita sudah menjadi tradisi tahunan. Seperti namanya -Rebo Wekasan- ritual ini di lakukan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Masyarakat Islam-Jawa meyakini bahwa pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Hijriyah atau Jawa, adalah hari yang banyak kesialan dan malapetaka. Karena menurut mereka, Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada hari itu menurunkan 320.000 macam malapetaka ke bumi.

Bermula dari keyakinan ini, kemudian muncullah himbauan untuk melakukan amalan amalan, doa, shalat khusus dan ritual ritual yang bertujuan untuk menolak bala. Ada yang merayakannya secara besar besaran dengan membuat makanan yang kemudian dibagikan kepada orang yang hadir dengan terlebih dahulu diawali dengan tahmid, takbir, dzikir, tahlil, dan shalat, serta diakhiri dengan doa.

Ada juga yang hanya dengan melakukan shalat Rebo Wekasan atau shalat Tolak Bala. Ada juga yang merayakannya dengan cukup jalan jalan ke pantai, mandi dengan maksud untuk menyucikan diri dari salah dan dosa.

Asal Usul Ritual Rebo Wekasan

Orang orang yang sangat perhatian dengan Rebo Wekasan, biasanya mereka berargumentasi dengan perkataan Imam Abdul Hamid Quds dalam kitabnya Kanzun Najah was Surar fi Fadha-ilil Azminah wasy Syuhur. Dia berkata:

“Banyak Auliya Allah yang ahli Kasyf (mampu menyingkap tabir ala kaum Shufi) mengatakan bahwa pada setiap tahun, Allah Azza wa Jalla menurunkan 360.000 macam malapetaka dan 20.000 macam bencana ke bumi dan semua itu pertama kali terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar. Oleh sebab itu, hari tersebut menjadi hari yang paling berat sepanjang tahun. Karenanya, barangsiapa yang melakukan shalat 4 rakaat, di mana setiap rakaat setelah usai membaca surat Al Fatihah lantas membaca surat Al Kautsar 17 kali, Al ikhlas 5 kali, lalu Al Falaq dan An Nas masing masing sekali. Kemudian setelah salam membaca doa Li daf’il bala’ (doa tolak bala’), maka Allah dengan Kemurahan-Nya akan menjaga orang yang bersangkutan dari bala bencana di hari itu hingga sempurna setahun.”

Lalu bagaimana pandangan Islam tentang hal ini??

Sebagai orang beriman dan meyakini bahwa sumber syariat adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu saja berita semacam ini tidak boleh kita percaya. Karena kedatangan bencana di muka bumi ini, merupakan sesuatu yang ghaib dan tidak ada yang tahu kecuali Allah. Satu-satunya cara untuk mengetahui hal itu adalah melalui wahyu Al-Quran dan sunnah. Sementara itu penulis (Imam Abdul Hamid Quds) sama sekali tidak menyebutkan sumber, selain klaim bahwa itu tulisan orang shaleh. Terlebih lagi tidak ada keterangan dari sahabat maupun ulama masa silam yang menyebutkan hal ini.

Ini adalah perkataan tanpa dasar ilmu, mengada ada, dan penuh kesesatan, bid’ah dan syirik di lihat dari beberapa aspek:

1. Kitab Kanzun Najah yang ditulis oleh Abdul Hamid Quds adalah kitab yang tidak diketahui di kalangan Ahlus Sunnah wal Jamaah dan ahli Hadits melainkan kitab yang penuh khurafat, bidah, tahayul, dan syirik.
2. Mengatakan dan meyakini bahwa Allah Ta’ala menurunkan 320.000 macam bala bencana ke bumi dan terjadi pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar merupakan perkataan dan keyakinan yang batil dan sesat. Bahkan ini telah masuk kepada larangan berkata tentang Allah Azza wa Jalla tanpa ilmu. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
… فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ ٱفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا لِّيُضِلَّ ٱلنَّاسَ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ.

“…Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah untuk menyesatkan orang-orang tanpa pengetahuan? Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. Al An’am:144)

3. Mengada-adakan shalat 4 rakaat dengan sebab tertentu bilangan tertentu dan tata cara tertentu tanpa ada dalil dari AlQuran dan as Sunnah merupakan bid’ah yang nyata. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ اَحْدَثَ فِي اَمْرِنَا هٰذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.

“Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu yang baru dalam agama yang tidak ada contohnya dari kami, maka ia tertolak.” (Shahih: HR. Al Bukhari no 2697)

Maka maka jelaslah bahwa dasar atau dalil yang digunakan oleh para pengusung ritual bid’ah ini sangatlah lemah dan hanya didasari oleh kejahilan dan hawa nafsu. Wallahul musta’an.

Sumber: Amalan Sunnah Setahun (ustad Yazid bin Abdul Qodir Jawas), Konsultasisyariah.com

Tentang kopisruput

Newbie blogger dan masih terus belajar...
Pos ini dipublikasikan di Nasehat, Ngaji, Peristiwa, Sekitar Kita, Umum dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.